lapotan vegetatif, cangkok, setek



BAB I
Pengetahuan tentang konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting untuk diketahui agar dapat dipahami pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif dan membedakan pengelompokan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif. Selain itu, juga perlu didukung pengetahuan tentang arti penting dari perbanyakan tanaman secara vegetatif agar dapat dipahami perlunya dilakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif ditinjau dari aspek anatomi, fisiologi, dan genetik. Pemahaman tentang konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu didukung dengan pengetahuan tentang teknik-teknik yang dapat digunakan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu pemahaman tentang pengatahuan aspek-aspek pentingnya meliputi aspek anatomi, fisiologi, dan genetik. Aspek anatomi perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan pengetahuan struktur internal dari akar, batang, dan daun untuk  memahami proses terbentuknya akar adventif pada stek dan cangkok dan terbentuknya penyatuan sambungan pada penyusuan, okulasi, dan sambungan. Aspek fisiologi perbanyakan tanaman secara vegetatif yang perlu diketahui adalah peranan secara fisiologis berbagai hormon tanaman dalam mempengaruhi proses pertumbuhan hasil perbanyakan tanaman. Aspek genetik perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan keseragaman dan keragaman secara genetik tanaman yang diperbanyak secara vegetatif. Ketiga aspek tersebut apabila dipahami dengan benar diharapkan akan menunjang keberhasilan dalam pelaksanaan perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti  batang, cabang, ranting, pucuk,  daun, umbi  dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif sering dipilih oleh para petani karena memiliki beberapa keuntungan khususnya bagi jenis tanaman yang pertumbuhan dan daya berbuahnya lebih rendah ketika diperbanyak secara generatif. Di samping itu, alasan lain dipilihnya perbanyakan secara vegetatif karena hasil perbanyakan vegetatif relatif sama dengan sifat induknya (Adinugraha et al., 2007).

















BAB II
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya.
Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan (Dwidjoseputro, 1990). Bagian tanaman yang digunakan untuk stek adalah bagian akar tanaman induk. Tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek akar adalah tanaman sukun (Artocarpus communis Forst.), cemara (Casuarina equisetifolia), jambu buji (Psidium guajava L.), jeruk keprok (Citrus nobilis Lour.), dan kesemek (Diospyros kaki Thumb.). Tanaman-tanaman tersebut dapat diperbanyak dengan stek akar karena akarnya diperkaya dengan kuntum adventif yang setiap saat dapat tumbuh. Contohnya, sebagian akar berada di atas permukaan tanah (Sumiasrih, 2005).
Penyiapan bibit stek tanaman meliputi langkah-langkah pemilihan pohon induk dan pengambilan akar tanaman. Secara terperinci kegitan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut. Untuk memperoleh yang baik dan produktif, diperlukan bibit tanaman yang baik pula. Bibit tanaman yang baik hanya dihasilkan tanaman induk yang baik. dapun syarat-syarat tanaman yang dapat digunakan sebagai pohon induk adalah sebagai berikut: a. Umur tanaman sudah mencapai 6-10 tahun b. Tanaman tumbuh sehat tahan terhadap serangan hama dan penyakit c. Tanaman berbuah lebat setiap tahun dan memiliki mutu buah yang baik d. Berasal dari varietas yang dibutuhkan e. Tanaman ditanam pada tanah yang gembur f. Tanaman memiliki perakaran yang sehat dan banyak, serta dipilih akar permukaan g. Pohon sedang tidak dalam keadaan berbunga atau berbuah (Aliadi, 1990).
 Hampir semua bagian tanaman dapat dipakai sebagai stek, tetapi yang sering dipakai adalah batang muda yang subur. Mudahnya stek berakar tergantung kepada spesiesnya. Ada yang mudah sekali berakar cukup dengan medium air saja. Tetapi banyak pula yang sukar berakar, bahkan tidak berakar walaupun dengan perlakuan khusus. Kesuburan dan banyaknya akar yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh asal bahan steknya yaitu bagian tanaman yang dipergunakan, keadaan tanaman yang diambil steknya, dan keadaan luar waktu pengambilan (Hasanah, 2007).
Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek. Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor lingkungan dan faktor dari dalam tanaman (Huik, 2004).
 Suatu percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan Zat Pengatur Tumbuh (Rootone-F) dan media terhadap cangkokan. Realitanya bahwa cangkokan dengan perlakuan media tanah dengan pemberian Rootone-F menyebabkan akar lebih cepat keluar dan jumlahnya lebih banyak, kondisi yang sama juga dapat dilihat pada media tanah + kompos dengan Rootone-F. Kondisi sebaliknya terjadi pada kedua media tanpa Rootone-F akar akan lebih lambat keluar dan jumlahnya sedikit. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Rootone-F merupakan salah satu zat pengatur tumbuh untuk induksi perakaran. (Abidin Z, 1983)
·         Pisau
·         Bak plastik persemaian
·         Plastik transparan
·         Tanaman
·         ZPT : Rotoon F dan Urine sapi
·         Media tanaman : Pasir + pupuk kandang + tanah.
·         Air
1.      Menyiapkan aneka macam bahan setek, setipa mahasiswa menyediakan 4 potongan untuk setiap macam bahan setek ( panjang batang setek batang sekitar 10 cm). Untuk bahan setek yang bergetah, atuskan dulu getahnya sampai tuntas.
2.      Perlakukan setiap potongan setek dengan 2 macam ZPT yaitu Rotoon-F dan urine sapi. Untuk Rotoon-F, buat pasta kemudian oleskan tipis-tipis pada pangkal batang potongan bahan setek. Untuk urine sapi, encerkan urine dengan air sehingga menjadi larutan dengan konsentrasi 10%, kemudian pangkal setek dicelup 5 menit dalam alrutan urine .
3.      Menyiapkan media, masukkan kedalam bak plastik sampai tetapi tidak menggenang,
4.      Menyiram media dengan sampai basah tetapi tidak menggenang
5.      Membuat lubang tanam
6.      Menanam setek yang sudah diperlakuan  ZPT, masukkan dalam lubang lalu tekan media di sekitar setekdengan pelan-pelan sehingga kedudukan setek kuat.
7.      Tutuplah bak plastik dengan lembaran plasti transparan,
8.      Melakukan pemeliharaan dan pengamatan.
Pengamatan pada semua macam setek dilakukan dengan parameter-parameter sebagai berikiut :
1.      Saat munculnya tunas (hitunglah jumlah hari dari saat tanam sampai saat keluarnya tunas)
2.      Panjang tunas diukur dari permukaan tanah sampai ujung tunas tertinggi
3.      Jumlah tunas yang muncul
4.      Panjang akr terpanjang, diukur diakhir praktikum dengan dengan cara dibongkar dari media kemudian diukur dengan penggaris.
5.      Melakukan pemotretan terhadap masing-masing bahan setek, ikuti pertumbuhannya.  
1.      Hasil pengamatan
Macam Setek
Pengamatan
Munculnya tunas (jumlah hari)
Panjang tunas (cm)
Jumlah tunas
Panjang akar (cm)
perlakuan
R
U
K
R
U
K
R
U
K
R
U
K
Setek batang
12
13
21
5
3
2
2
2
1
6,2
5,3
3
Setek pucuk
10
12
18
4,3
4
1,5
3
2
1
3,2
3
2
Setek daun
13
15
21
2,1
1,5
0,5
1
1
1
5,2
4
2,1

Keterangan : R = roton F , U = urine sapi K = kontrol


2.      Pembahasan
Hormon auksin berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perpanjangan akar lateral (pada konsentrasi optimum auksin). Jika konsentrasi auksin terlalu tinggi maka akan menghambat pertumbuhan dan perpanjangan akar. Inisiasi akar dengan auksin menyebabkan pertumbuhan akar secara lateral. Inisiasi akar didapatkan dengan bertambah panjangnya akar lateral tersebut, karena inisiasi akar itu terjadi pada bagian ujung akar, maka pertumbuhannya selalu dominan untuk memanjang, selain dikarenakan letak hormon auksin selalu berada di bagian ujung sel. Konsentrasi auksin yang rendah merupakan konsentrasi auksin yang efektif untuk inisiasi akar, karena auksin dengan konsentrasi yang sangat tinggi atau sangat rendah justru akan menghambat pertumbuhan akar. Fungsi auksin secara praktis dapat digunakan untuk memicu pertumbuhan dan perpanjangan akar, pembentukan buah dan bunga, dan pembentukan tunas (Campbell et al, 1990).
Rootone-F sebagai salah satu jenis dari auksin mempunyai pengaruh dalam proses pembentukan akar yang dapat membantu mengimbangkan pertumbuhan sistem akar dan sistem tajuk. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa auksin dari batang sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan akar. Bila daun muda dan kuncup yang mengandung banyak auksin dipangkas maka jumlah pembentukan akar samping akan berkurang. Bila hilangnya organ tersebut diganti dengan auksin, maka kemampan membentuk akar sering terjadi kembali (Salisbury dan Ross, 1995).
Urine Sapi merupakan limbah ternak yang mengandung N, P, K dan hormon auksin (Purdyaningsih, 2008). Auksin yang terdapat pada urine berasal dari berbagai zat yang terkandung dalam protein hijauan dari makana hewan ternak yang tidak terurai dalam tubuh sehingga keluar bersama urine sebagai sisa hasil ekskresi. Oleh karena itu, urine sapi mampu mendorong perakaran tanaman (Sitorus, Irmansyah dan Ezra, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sitorus (2015) dinyatakan bahwa urine sapi pada konsenrasi 25% memberikan respons paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan bibit stek tanaman buah naga yakni pada variabel panjang tunas.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, hormon atau zat perangsang tumbuh sangat berpengaruh pada jumlah akar, labih cepat muncul tunas, dan panjang akar. Dimana pada praktikum ini kami melakukan percobaan setek dengan 2 perlakuan dan 1 sebagai kontrol. Perlakuaan 1 kami menggunaka Rotoon F dan yang kedua kami menggunakan urine sapi. Yang mana pada 2 perlakuan diatas dan berdasarkan pengamatan pada perlakuan dengan Rotoon F lebih baik dari pada tanpa perlaukan dan menggunakan urine sapi.
Dari hasil praktikum yang telah dilakuka kami menyimpulkan bahwa :
1.      Penggunaan Rotoon F dengan baik akan mempercepat munculnya akar dan tunas
2.      Perbandingan antara perlakuan dengan Rotoon F lebih baik dari pada urine sapi, hal tersebut dilihat dari munculnya tunas, panjang akar dan jumlah .
























Dalam dunia pertanian mencangkok (airlayerage) merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pembiakan vegetatif secara cangkok ini merupakan sauatu cara perkembangbiakan tanaman yang tertua di dunia akan tetapi hasilnya sering mengecewakan pencangkoknya karena kegagalan dalam melakukan pencangkokan. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di atasa keratan/luka yang kering atau mati. Perkembangbiakan secara vegetatif ini biasanya dipilih karena pertimbangan tertentu misalnya untuk menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama seperti induknya, sifat tersebut dapat berupa seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit, rasa buah, keindahan bunga (Wudianto, 1998).
Cangkok merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif cara ini memang sudah dikenal sejak dahulu, bahkan dapat dikatakan perbanyakan yang tertua didunia . cangkok adalah cara perkembang biakan pada tumbuhan dengan menanam batang ,atau dahan tanaman yang diusahakan berakar terlebih dahulu sebelum dipotong dan ditanam ketempat yang lain . tidak semua tanaman bisa dicangkong hanyalah tumbuhan dikotil dan tumbuhan biji terbuka , cara perkembang biakan dengan mencangkok adalah sangat istimewa terutama pada tanaman buah buahan , karena rasa dan bentuk yang dihasilkan persis seperti induk nya
Bentuk cabang yang baik adalah yang memiliki kulit yang tegap, mulus dan warna masih coklat muda dan belum ada kerak, agar tanaman menghasilkan akar yang baik dan sempurna. Besar cabang yang ideal adalah cabang yang masih berukuran kecil sebesar jari ataupun pensil. Cabang yang dicangkok tidak perlu terlalu panjang karena akan kesulitan saat penanaman dilapangan dan sulit diatur. Panjang cabang cukup sekitar 20-30 cm saja. Jumlah daun yang disertakan dalam tanaman hasil cangkokan harus dalam jumlah yang banyak agar tanaman mendapat banyak masakan makanan. Dan cabang yang gundul akan mempersulit tumbuh akar karena kurangnya makanan. Cabang yang baik mempunyai bentuk lurus menyamping atau keatas dan giat berbuah. Pembentukan akar pada cangkok terjadi karena adanya penyayatan pada kulit batang yang menyebabkan pergerakan karbohidrat ke arah bawah terbendung di bagian atas sayatan. Pada bagian tersebut akan menumpuk karbohidrat dan auxin, dan dengan adanya media perakaran yang baik karbohidrat dan auxin tersebut akan menstimulir timbulnya akar. Media perakaran cangkok yang baik adalah media yang memiliki sifat drainase, aerasi dan kandungan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar cangkok (Putri, 2007).
Setelah berakar, cangkokan dapat diambil.  Cara mengambilnya ialah dengan memotong cangkokan di bawah keratan (akar) tersebut.  Kemudian bibit cangkokan itu langsung dapat ditanam.  Tetapi khusus untuk tanaman lengkeng, cangkokan harus ditanam dahulu dalam keranjang atau pot yang diisi dengan tanah dan pupuk kandang.  Selama dalam keranjang, tanahnya harus dijaga agar tetap basah dan ditaruh di tempat yang teduh (tidak mendapatkan sinar matahari secara langsung) agar tidak terjadi penguapan organ cangkokan yang dapat mematikannya.  Setelah muncul tunas-tunas atau daun-daun yang baru, cangkokan dapat dipindahkan ke lapangan (Veergavathathan, 2009).
·         Pisau
·         Plastik transparan
·         Tanaman
·         Rotoon F
1.      Pilih cabang yang akan dicangkok
2.      Sayat cabang atau ranting yang hendak dicangkok dengan menggunakan pisau yang tajam. Bidang sayatan melingkar selebar 2-3 kali diameter cabang. Penyayatan dilakukan tepat dibawah kuncup daun karena disinilah tempat berkumpulnya zat pembentuk akar (rizokalin).
3.      Kupas kulit batang di bidang sayatan sampai terlihat kambiumnya yang berlendir. Buang kambium ini dengan cara dikerok menggunakan mata pisau. Lakukan pengerokan dengan hati-hati agar tidak melukai jaringan kayunya. Perlu diperhatikan, bidang sayatan tidak boleh langsung dibungkus media karena dapat memicu tumbuhnya jamur atau bakteri. Oleh karena itu, biarkan bidang sayatan selama 2-7 hari sampai mengering dan tidak ada lagi getah yang keluar. Setelah mengering, olesi dengan hormon penumbuh akar (Zpt) seperti Rootone F. Caranya Rootone F diberi sedikit air dan diaduk sampai menjadi pasta. Lalu oleskan merata, terutama di kulit bagian atas sayatan.
4.      Membungkus Bidang Cangkokan. Membungkus bidang sayatan berbeda-beda tergantung pada media dan pembungkus yang digunakan.
5.      Merawat Cangkokan. Cangkokan cukup disiram satu minggu sekali agar medianya tetap lembab. Penyiraman dilakukan dengan menyuntikkan air ke dalam media atau meneteskannya melalui bagian atas pembungkus. Jangan menyiram terlalu banyak karena media yang terlalu basah membuat calon akar yang tumbuh membusuk sehingga menyebabkan kegagalan cangkokan. Biasanya akar cangkokan baru tumbuh 1-3 bulan setelah cangkok, tergantung jenis tanamannya. Tanaman yang bergetah seperti nangka dan sawo lebih lama pertumbuhan akarnya, dibandingkan dengan tanaman yang tidak bergetah.
6.      Memotong Cangkokan. Batang cangkokan dapat dipotong saat akar cangkokan sudah tumbuh memenuhi media dan daun di bawah cangkokan terlihat segar. Pemotongan dilakukan tepat dibawah pembungkus. Jika pemotongannya terlalu panjang saat ditanam cabang akan berada di bawah bidang cangkokan sehingga dapat terserang rayap dan menyebabkan kematian. Selain itu, sisa cabang induk di bawah bidang cangkokan masih dapat menumbuhkan beberapa cabang baru.
1.      Munculnya akar baru berwarna keputih-putihan, kaang sudah menembus plastik pembungkus
2.      Daun pada percabangan tetap segar berwarna hijau
3.      Melakukan pemotretan terhadap tanaman yang telah dicangkok.
1.      Hasil pengamatan
Jenis perlakuana
pengamatan
Muncul akar baru
Daun berwarna hijau
Dengan Rotoon F
Pada hari ke-7
Tetap hijau
kontrol
Pada hari ke-14
Tetap hijau



2.      Pembahasan
Mencangkok adalah cara memperbanyak tanaman dimana pembentukan akar pada calon tanaman baru terjadi ketika masih melekat pada tanaman induknya. Cangkok merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif cara ini memang sudah dikenal sejak dahulu, bahkan dapat dikatakan perbanyakan yang tertua didunia. cangkok adalah cara perkembangbiakan pada tumbuhan dengan menanam batang atau dahan tanaman yang diusahakan berakar terlebih dahulu sebelum dipotong dan ditanam ketempat yang lain. tidak semua tanaman bisa dicangkong hanyalah tumbuhan dikotil dan tumbuhan biji terbuka, cara perkembangbiakan dengan mencangkok adalah sangat istimewa terutama pada tanaman buah buahan, karena rasa dan bentuk yang dihasilkan persis seperti induk nya.
Pada praktikum yang telah kami lakukan bahwa pencangkokan dengan perlakukan menggunakan Rotoon F yang sesuai pertumbuhan akarnya lebih baik dibandingkan dengan mencangkok tanpa perlakuan.
Dari praktikum yang telah dilakukan, kami menyimpulkan bahwa cangkak dengan perlakuan yang menggunakan Rotoon F lebih baik dibandingkan dengan yang tanpa menggunakan Rotoon F.










DAFTAR ISI
Aguzaen, H. 2009. Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L.) Terhadap    Pemberian Air Kelapa dan Berbagai Jenis CMA. AgronobiS, 1(1): 36-47.
Balestri, E., F. Vallerini, A. Castelli, dan C. Lardicci. 2012. Application of Plant Growth Regulators, A Simple Technique for Improving The Establishment Success of Plant Cuttings in Coastal Dune Restoration. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 99: 74-84.
Halimursyadah, Hasanuddin, dan Nurfdillah. 2014. Perbanyakan Vegetatif Nanas (Annanas comusus L. Merr) dari Sumber Stek Berbeda dan Konsentrasi Auksin. AgrIBA, 2: 99-106.
Hidayat, Y. 2010. Pertumbuhan Akar Primer, Skunder, dan Tersier Stek Batang Bibit Surian. Wana Mukti Forestry Research, 10(2): 1-8.
Osterc, G., dan F. Stampar. 2011. Difference in Endo/Eogenous Auxsin Profile in Cuttings of Different Physiological Ages. Plant Physiology, 168: 2088-2092.
Marpaung, AE dan Hutabarat, RC. 2015. “Respons jenis perangsang tumbuh berbahan alami dan asal setek batang terhadap pertumbuhan bibit tin (Ficus carica L.)”. J. Hort. Vol. 25 No. 1, hal 37-43.
Harmann, H.T. and D.E Kester. 2004. Plant propagation principles and practices. Prentice-Hall,Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.727 p.
Putri, Kurniawati P. , D, Dharmawati F. , dan Suartana, M. 2007. Pengaruh Media dan     Hormon Tumbuh Akar Terhadap Keberhasilan Cangkok Ulin. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 4 (2):069 – 118.
Sutarto, ismiyati. 1994. Teknik Perbanyakan Vegatatif pada Tanaman Hias Semak, Perdu dan Pohon. Jurnal Holtikultura : 6-7
Veergavathathan, D., V.N. Madhava Rao and K.G. Shanmugavelu. 2009.Aphysiological analysis of shy rooting behaviour of Jasminum auriculatum, Vahl. Cv. Parimullai stem cuttings. South Indian Horticulture 33(3): 177- 181.
Wudianto, Rini. 1998. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya


Hasil Pengamatan Perbanyakan Dengan Setek

MACAM SETEK
Foto
keterangan
Setek batang
Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\3.jpg
Pengambilan batang tanaman untuk disetek

Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\WhatsApp Image 2018-10-02 at 08.15.11.jpeg
Tanaman yang telah disetek

Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\33.jpg
Media tanaman

Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\WhatsApp Image 2018-10-03 at 18.29.04(1).jpeg
Hasil pengamatan pada hari ke 7
Setek pucuk
Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\22.jpg
Pengambilan pucuk

Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\WhatsApp Image 2018-10-02 at 08.15.11.jpeg
Tanaman yang telah disetek
Setek daun
Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\6.jpg
Pengambilan daun

Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\WhatsApp Image 2018-10-02 at 08.15.11.jpeg
Tanaman yang telah disetek





Hasil pengamata yang di caNgkok

Jenis perlakuan
Foto
keterangan
Rotoon F
Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\66.jpg
Penyayatan batang

Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\WhatsApp Image 2018-11-15 at 20.25.48.jpeg
Membungkus tnaman yang dicangkok

Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\4444.jpg
Pengamatan hari ke 14
kontrol
Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\66.jpg
Melakukan penyayatan

Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\444444.jpg
Pemberian media tanam

Description: C:\Users\Toshiba\Downloads\4444.jpg
Pengamatan hari ke-14



Komentar

Postingan populer dari blog ini

laporan praktikum Hibridisasi dan kastrasi pada tanaman padi

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH ACARA III UJI VIGOR BENIH

laporan praktikum kultur jaringan pengenalan laboratorium