lapotan vegetatif, cangkok, setek
DAFTAR ISI
BAB I
Pengetahuan
tentang konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting untuk
diketahui agar dapat dipahami pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif
dan membedakan pengelompokan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif. Selain
itu, juga perlu didukung pengetahuan tentang arti penting dari perbanyakan
tanaman secara vegetatif agar dapat dipahami perlunya dilakukan perbanyakan
tanaman secara vegetatif ditinjau dari aspek anatomi, fisiologi, dan genetik.
Pemahaman tentang konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu
didukung dengan pengetahuan tentang teknik-teknik yang dapat digunakan dalam
perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Perbanyakan
tanaman secara vegetatif juga perlu pemahaman tentang pengatahuan aspek-aspek
pentingnya meliputi aspek anatomi, fisiologi, dan genetik. Aspek anatomi
perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan pengetahuan struktur
internal dari akar, batang, dan daun untuk
memahami proses terbentuknya akar adventif pada stek dan cangkok dan
terbentuknya penyatuan sambungan pada penyusuan, okulasi, dan sambungan. Aspek
fisiologi perbanyakan tanaman secara vegetatif yang perlu diketahui adalah
peranan secara fisiologis berbagai hormon tanaman dalam mempengaruhi proses
pertumbuhan hasil perbanyakan tanaman. Aspek genetik perbanyakan tanaman secara
vegetatif berkaitan dengan keseragaman dan keragaman secara genetik tanaman
yang diperbanyak secara vegetatif. Ketiga aspek tersebut apabila dipahami dengan
benar diharapkan akan menunjang keberhasilan dalam pelaksanaan perbanyakan
tanaman secara vegetatif.
Perbanyakan
tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau
perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi
dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan
induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui
perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah
merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang
menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.
Perbanyakan
tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah yaitu perbanyakan
tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk
yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan
tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan
geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan
secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak
menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan
campur tangan manusia.
Perbanyakan
tanaman secara vegetatif sering dipilih oleh para petani karena memiliki
beberapa keuntungan khususnya bagi jenis tanaman yang pertumbuhan dan daya
berbuahnya lebih rendah ketika diperbanyak secara generatif. Di samping itu,
alasan lain dipilihnya perbanyakan secara vegetatif karena hasil perbanyakan
vegetatif relatif sama dengan sifat induknya (Adinugraha et al., 2007).
BAB II
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman
untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan
vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan
keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif
buatan lainnya.
Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang
menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang
baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman
yang masih bertahan (Dwidjoseputro, 1990). Bagian tanaman yang digunakan untuk
stek adalah bagian akar tanaman induk. Tanaman yang bisa diperbanyak dengan
stek akar adalah tanaman sukun (Artocarpus communis Forst.), cemara (Casuarina
equisetifolia), jambu buji (Psidium guajava L.), jeruk keprok (Citrus nobilis
Lour.), dan kesemek (Diospyros kaki Thumb.). Tanaman-tanaman tersebut dapat
diperbanyak dengan stek akar karena akarnya diperkaya dengan kuntum adventif
yang setiap saat dapat tumbuh. Contohnya, sebagian akar berada di atas permukaan
tanah (Sumiasrih, 2005).
Penyiapan bibit stek tanaman meliputi
langkah-langkah pemilihan pohon induk dan pengambilan akar tanaman. Secara
terperinci kegitan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut. Untuk memperoleh
yang baik dan produktif, diperlukan bibit tanaman yang baik pula. Bibit tanaman
yang baik hanya dihasilkan tanaman induk yang baik. dapun syarat-syarat tanaman
yang dapat digunakan sebagai pohon induk adalah sebagai berikut: a. Umur
tanaman sudah mencapai 6-10 tahun b. Tanaman tumbuh sehat tahan terhadap
serangan hama dan penyakit c. Tanaman berbuah lebat setiap tahun dan memiliki
mutu buah yang baik d. Berasal dari varietas yang dibutuhkan e. Tanaman ditanam
pada tanah yang gembur f. Tanaman memiliki perakaran yang sehat dan banyak,
serta dipilih akar permukaan g. Pohon sedang tidak dalam keadaan berbunga atau
berbuah (Aliadi, 1990).
Hampir semua
bagian tanaman dapat dipakai sebagai stek, tetapi yang sering dipakai adalah
batang muda yang subur. Mudahnya stek berakar tergantung kepada spesiesnya. Ada
yang mudah sekali berakar cukup dengan medium air saja. Tetapi banyak pula yang
sukar berakar, bahkan tidak berakar walaupun dengan perlakuan khusus. Kesuburan
dan banyaknya akar yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh asal bahan steknya
yaitu bagian tanaman yang dipergunakan, keadaan tanaman yang diambil steknya,
dan keadaan luar waktu pengambilan (Hasanah, 2007).
Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan
dari stek. Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek
adalah faktor lingkungan dan faktor dari dalam tanaman (Huik, 2004).
Suatu
percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan Zat Pengatur Tumbuh
(Rootone-F) dan media terhadap cangkokan. Realitanya bahwa cangkokan dengan
perlakuan media tanah dengan pemberian Rootone-F menyebabkan akar lebih cepat
keluar dan jumlahnya lebih banyak, kondisi yang sama juga dapat dilihat pada
media tanah + kompos dengan Rootone-F. Kondisi sebaliknya terjadi pada kedua
media tanpa Rootone-F akar akan lebih lambat keluar dan jumlahnya sedikit. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa Rootone-F merupakan salah satu zat pengatur tumbuh
untuk induksi perakaran. (Abidin Z, 1983)
·
Pisau
·
Bak plastik persemaian
·
Plastik transparan
·
Tanaman
·
ZPT : Rotoon F dan Urine sapi
·
Media tanaman : Pasir + pupuk kandang +
tanah.
·
Air
1. Menyiapkan
aneka macam bahan setek, setipa mahasiswa menyediakan 4 potongan untuk setiap
macam bahan setek ( panjang batang setek batang sekitar 10 cm). Untuk bahan
setek yang bergetah, atuskan dulu getahnya sampai tuntas.
2. Perlakukan
setiap potongan setek dengan 2 macam ZPT yaitu Rotoon-F dan urine sapi. Untuk
Rotoon-F, buat pasta kemudian oleskan tipis-tipis pada pangkal batang potongan
bahan setek. Untuk urine sapi, encerkan urine dengan air sehingga menjadi
larutan dengan konsentrasi 10%, kemudian pangkal setek dicelup 5 menit dalam
alrutan urine .
3. Menyiapkan
media, masukkan kedalam bak plastik sampai tetapi tidak menggenang,
4. Menyiram
media dengan sampai basah tetapi tidak menggenang
5. Membuat
lubang tanam
6. Menanam
setek yang sudah diperlakuan ZPT,
masukkan dalam lubang lalu tekan media di sekitar setekdengan pelan-pelan
sehingga kedudukan setek kuat.
7. Tutuplah
bak plastik dengan lembaran plasti transparan,
8. Melakukan
pemeliharaan dan pengamatan.
Pengamatan
pada semua macam setek dilakukan dengan parameter-parameter sebagai berikiut :
1. Saat
munculnya tunas (hitunglah jumlah hari dari saat tanam sampai saat keluarnya
tunas)
2. Panjang
tunas diukur dari permukaan tanah sampai ujung tunas tertinggi
3. Jumlah
tunas yang muncul
4. Panjang
akr terpanjang, diukur diakhir praktikum dengan dengan cara dibongkar dari
media kemudian diukur dengan penggaris.
5. Melakukan
pemotretan terhadap masing-masing bahan setek, ikuti pertumbuhannya.
1. Hasil
pengamatan
Macam
Setek
|
Pengamatan
|
|||||||||||
Munculnya
tunas (jumlah hari)
|
Panjang
tunas (cm)
|
Jumlah
tunas
|
Panjang
akar (cm)
|
|||||||||
perlakuan
|
R
|
U
|
K
|
R
|
U
|
K
|
R
|
U
|
K
|
R
|
U
|
K
|
Setek
batang
|
12
|
13
|
21
|
5
|
3
|
2
|
2
|
2
|
1
|
6,2
|
5,3
|
3
|
Setek
pucuk
|
10
|
12
|
18
|
4,3
|
4
|
1,5
|
3
|
2
|
1
|
3,2
|
3
|
2
|
Setek
daun
|
13
|
15
|
21
|
2,1
|
1,5
|
0,5
|
1
|
1
|
1
|
5,2
|
4
|
2,1
|
Keterangan : R = roton
F , U = urine sapi K = kontrol
2. Pembahasan
Hormon
auksin berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perpanjangan akar lateral
(pada konsentrasi optimum auksin). Jika konsentrasi auksin terlalu tinggi maka
akan menghambat pertumbuhan dan perpanjangan akar. Inisiasi akar dengan auksin
menyebabkan pertumbuhan akar secara lateral. Inisiasi akar didapatkan dengan
bertambah panjangnya akar lateral tersebut, karena inisiasi akar itu terjadi
pada bagian ujung akar, maka pertumbuhannya selalu dominan untuk memanjang,
selain dikarenakan letak hormon auksin selalu berada di bagian ujung sel.
Konsentrasi auksin yang rendah merupakan konsentrasi auksin yang efektif untuk
inisiasi akar, karena auksin dengan konsentrasi yang sangat tinggi atau sangat
rendah justru akan menghambat pertumbuhan akar. Fungsi auksin secara praktis
dapat digunakan untuk memicu pertumbuhan dan perpanjangan akar, pembentukan
buah dan bunga, dan pembentukan tunas (Campbell et al, 1990).
Rootone-F
sebagai salah satu jenis dari auksin mempunyai pengaruh dalam proses
pembentukan akar yang dapat membantu mengimbangkan pertumbuhan sistem akar dan
sistem tajuk. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa auksin dari batang
sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan akar. Bila daun muda dan kuncup yang
mengandung banyak auksin dipangkas maka jumlah pembentukan akar samping akan
berkurang. Bila hilangnya organ tersebut diganti dengan auksin, maka kemampan
membentuk akar sering terjadi kembali (Salisbury dan Ross, 1995).
Urine
Sapi merupakan limbah ternak yang mengandung N, P, K dan hormon auksin
(Purdyaningsih, 2008). Auksin yang terdapat pada urine berasal dari berbagai
zat yang terkandung dalam protein hijauan dari makana hewan ternak yang tidak
terurai dalam tubuh sehingga keluar bersama urine sebagai sisa hasil ekskresi.
Oleh karena itu, urine sapi mampu mendorong perakaran tanaman (Sitorus,
Irmansyah dan Ezra, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sitorus (2015)
dinyatakan bahwa urine sapi pada konsenrasi 25% memberikan respons paling baik
dalam meningkatkan pertumbuhan bibit stek tanaman buah naga yakni pada variabel
panjang tunas.
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah kami lakukan, hormon atau zat perangsang tumbuh
sangat berpengaruh pada jumlah akar, labih cepat muncul tunas, dan panjang
akar. Dimana pada praktikum ini kami melakukan percobaan setek dengan 2
perlakuan dan 1 sebagai kontrol. Perlakuaan 1 kami menggunaka Rotoon F dan yang
kedua kami menggunakan urine sapi. Yang mana pada 2 perlakuan diatas dan
berdasarkan pengamatan pada perlakuan dengan Rotoon F lebih baik dari pada
tanpa perlaukan dan menggunakan urine sapi.
Dari
hasil praktikum yang telah dilakuka kami menyimpulkan bahwa :
1. Penggunaan
Rotoon F dengan baik akan mempercepat munculnya akar dan tunas
2. Perbandingan
antara perlakuan dengan Rotoon F lebih baik dari pada urine sapi, hal tersebut
dilihat dari munculnya tunas, panjang akar dan jumlah .
Dalam dunia pertanian mencangkok (airlayerage)
merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk memperbanyak tanaman secara
vegetatif. Pembiakan vegetatif secara cangkok ini merupakan sauatu cara
perkembangbiakan tanaman yang tertua di dunia akan tetapi hasilnya sering
mengecewakan pencangkoknya karena kegagalan dalam melakukan pencangkokan.
Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di atasa keratan/luka yang
kering atau mati. Perkembangbiakan secara vegetatif ini biasanya dipilih karena
pertimbangan tertentu misalnya untuk menginginkan tanaman baru yang mempunyai
sifat sama seperti induknya, sifat tersebut dapat berupa seperti ketahanan terhadap
hama dan penyakit, rasa buah, keindahan bunga (Wudianto, 1998).
Cangkok merupakan perbanyakan tanaman secara
vegetatif cara ini memang sudah dikenal sejak dahulu, bahkan dapat dikatakan
perbanyakan yang tertua didunia . cangkok adalah cara perkembang biakan pada
tumbuhan dengan menanam batang ,atau dahan tanaman yang diusahakan berakar
terlebih dahulu sebelum dipotong dan ditanam ketempat yang lain . tidak semua
tanaman bisa dicangkong hanyalah tumbuhan dikotil dan tumbuhan biji terbuka ,
cara perkembang biakan dengan mencangkok adalah sangat istimewa terutama pada
tanaman buah buahan , karena rasa dan bentuk yang dihasilkan persis seperti
induk nya
Bentuk cabang yang baik adalah yang memiliki kulit
yang tegap, mulus dan warna masih coklat muda dan belum ada kerak, agar tanaman
menghasilkan akar yang baik dan sempurna. Besar cabang yang ideal adalah cabang
yang masih berukuran kecil sebesar jari ataupun pensil. Cabang yang dicangkok
tidak perlu terlalu panjang karena akan kesulitan saat penanaman dilapangan dan
sulit diatur. Panjang cabang cukup sekitar 20-30 cm saja. Jumlah daun yang
disertakan dalam tanaman hasil cangkokan harus dalam jumlah yang banyak agar
tanaman mendapat banyak masakan makanan. Dan cabang yang gundul akan
mempersulit tumbuh akar karena kurangnya makanan. Cabang yang baik mempunyai
bentuk lurus menyamping atau keatas dan giat berbuah. Pembentukan akar pada
cangkok terjadi karena adanya penyayatan pada kulit batang yang menyebabkan
pergerakan karbohidrat ke arah bawah terbendung di bagian atas sayatan. Pada
bagian tersebut akan menumpuk karbohidrat dan auxin, dan dengan adanya media
perakaran yang baik karbohidrat dan auxin tersebut akan menstimulir timbulnya
akar. Media perakaran cangkok yang baik adalah media yang memiliki sifat drainase,
aerasi dan kandungan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan akar cangkok (Putri, 2007).
Setelah berakar, cangkokan dapat diambil. Cara mengambilnya ialah dengan memotong
cangkokan di bawah keratan (akar) tersebut.
Kemudian bibit cangkokan itu langsung dapat ditanam. Tetapi khusus untuk tanaman lengkeng,
cangkokan harus ditanam dahulu dalam keranjang atau pot yang diisi dengan tanah
dan pupuk kandang. Selama dalam
keranjang, tanahnya harus dijaga agar tetap basah dan ditaruh di tempat yang
teduh (tidak mendapatkan sinar matahari secara langsung) agar tidak terjadi
penguapan organ cangkokan yang dapat mematikannya. Setelah muncul tunas-tunas atau daun-daun
yang baru, cangkokan dapat dipindahkan ke lapangan (Veergavathathan, 2009).
·
Pisau
·
Plastik transparan
·
Tanaman
·
Rotoon F
1. Pilih
cabang yang akan dicangkok
2. Sayat
cabang atau ranting yang hendak dicangkok dengan menggunakan pisau yang tajam.
Bidang sayatan melingkar selebar 2-3 kali diameter cabang. Penyayatan dilakukan
tepat dibawah kuncup daun karena disinilah tempat berkumpulnya zat pembentuk
akar (rizokalin).
3. Kupas
kulit batang di bidang sayatan sampai terlihat kambiumnya yang berlendir. Buang
kambium ini dengan cara dikerok menggunakan mata pisau. Lakukan pengerokan
dengan hati-hati agar tidak melukai jaringan kayunya. Perlu diperhatikan,
bidang sayatan tidak boleh langsung dibungkus media karena dapat memicu
tumbuhnya jamur atau bakteri. Oleh karena itu, biarkan bidang sayatan selama
2-7 hari sampai mengering dan tidak ada lagi getah yang keluar. Setelah
mengering, olesi dengan hormon penumbuh akar (Zpt) seperti Rootone F. Caranya
Rootone F diberi sedikit air dan diaduk sampai menjadi pasta. Lalu oleskan
merata, terutama di kulit bagian atas sayatan.
4. Membungkus
Bidang Cangkokan. Membungkus bidang sayatan berbeda-beda tergantung pada media
dan pembungkus yang digunakan.
5. Merawat
Cangkokan. Cangkokan cukup disiram satu minggu sekali agar medianya tetap
lembab. Penyiraman dilakukan dengan menyuntikkan air ke dalam media atau
meneteskannya melalui bagian atas pembungkus. Jangan menyiram terlalu banyak
karena media yang terlalu basah membuat calon akar yang tumbuh membusuk
sehingga menyebabkan kegagalan cangkokan. Biasanya akar cangkokan baru tumbuh
1-3 bulan setelah cangkok, tergantung jenis tanamannya. Tanaman yang bergetah
seperti nangka dan sawo lebih lama pertumbuhan akarnya, dibandingkan dengan
tanaman yang tidak bergetah.
6. Memotong
Cangkokan. Batang cangkokan dapat dipotong saat akar cangkokan sudah tumbuh
memenuhi media dan daun di bawah cangkokan terlihat segar. Pemotongan dilakukan
tepat dibawah pembungkus. Jika pemotongannya terlalu panjang saat ditanam
cabang akan berada di bawah bidang cangkokan sehingga dapat terserang rayap dan
menyebabkan kematian. Selain itu, sisa cabang induk di bawah bidang cangkokan
masih dapat menumbuhkan beberapa cabang baru.
1. Munculnya
akar baru berwarna keputih-putihan, kaang sudah menembus plastik pembungkus
2. Daun
pada percabangan tetap segar berwarna hijau
3. Melakukan
pemotretan terhadap tanaman yang telah dicangkok.
1. Hasil
pengamatan
Jenis
perlakuana
|
pengamatan
|
|
Muncul
akar baru
|
Daun
berwarna hijau
|
|
Dengan
Rotoon F
|
Pada
hari ke-7
|
Tetap
hijau
|
kontrol
|
Pada
hari ke-14
|
Tetap
hijau
|
2. Pembahasan
Mencangkok
adalah cara memperbanyak tanaman dimana pembentukan akar pada calon tanaman
baru terjadi ketika masih melekat pada tanaman induknya. Cangkok merupakan
perbanyakan tanaman secara vegetatif cara ini memang sudah dikenal sejak dahulu,
bahkan dapat dikatakan perbanyakan yang tertua didunia. cangkok adalah cara
perkembangbiakan pada tumbuhan dengan menanam batang atau dahan tanaman yang
diusahakan berakar terlebih dahulu sebelum dipotong dan ditanam ketempat yang
lain. tidak semua tanaman bisa dicangkong hanyalah tumbuhan dikotil dan
tumbuhan biji terbuka, cara perkembangbiakan dengan mencangkok adalah sangat
istimewa terutama pada tanaman buah buahan, karena rasa dan bentuk yang
dihasilkan persis seperti induk nya.
Pada
praktikum yang telah kami lakukan bahwa pencangkokan dengan perlakukan
menggunakan Rotoon F yang sesuai pertumbuhan akarnya lebih baik dibandingkan
dengan mencangkok tanpa perlakuan.
Dari praktikum yang telah dilakukan, kami
menyimpulkan bahwa cangkak dengan perlakuan yang menggunakan Rotoon F lebih
baik dibandingkan dengan yang tanpa menggunakan Rotoon F.
DAFTAR ISI
Aguzaen,
H. 2009. Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L.) Terhadap Pemberian
Air Kelapa dan Berbagai Jenis CMA. AgronobiS, 1(1): 36-47.
Balestri,
E., F. Vallerini, A. Castelli, dan C. Lardicci. 2012. Application of Plant
Growth Regulators, A Simple Technique for Improving The Establishment Success
of Plant Cuttings in Coastal Dune Restoration. Estuarine, Coastal and Shelf Science,
99: 74-84.
Halimursyadah,
Hasanuddin, dan Nurfdillah. 2014. Perbanyakan Vegetatif Nanas (Annanas comusus
L. Merr) dari Sumber Stek Berbeda dan Konsentrasi Auksin. AgrIBA, 2: 99-106.
Hidayat,
Y. 2010. Pertumbuhan Akar Primer, Skunder, dan Tersier Stek Batang Bibit
Surian. Wana Mukti Forestry Research, 10(2): 1-8.
Osterc,
G., dan F. Stampar. 2011. Difference in Endo/Eogenous Auxsin Profile in
Cuttings of Different Physiological Ages. Plant Physiology, 168: 2088-2092.
Marpaung,
AE dan Hutabarat, RC. 2015. “Respons jenis perangsang tumbuh berbahan alami dan
asal setek batang terhadap pertumbuhan bibit tin (Ficus carica L.)”. J. Hort.
Vol. 25 No. 1, hal 37-43.
Harmann,
H.T. and D.E Kester. 2004. Plant propagation principles and practices.
Prentice-Hall,Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.727 p.
Putri,
Kurniawati P. , D, Dharmawati F. , dan Suartana, M. 2007. Pengaruh Media
dan Hormon Tumbuh Akar Terhadap
Keberhasilan Cangkok Ulin. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 4 (2):069 – 118.
Sutarto,
ismiyati. 1994. Teknik Perbanyakan Vegatatif pada Tanaman Hias Semak, Perdu dan
Pohon. Jurnal Holtikultura : 6-7
Veergavathathan,
D., V.N. Madhava Rao and K.G. Shanmugavelu. 2009.Aphysiological analysis of shy
rooting behaviour of Jasminum auriculatum, Vahl. Cv. Parimullai stem cuttings.
South Indian Horticulture 33(3): 177- 181.
Wudianto,
Rini. 1998. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya
Hasil
Pengamatan Perbanyakan Dengan Setek
MACAM
SETEK
|
Foto
|
keterangan
|
Setek
batang
|
![]() |
Pengambilan
batang tanaman untuk disetek
|
|
![]() |
Tanaman
yang telah disetek
|
|
![]() |
Media
tanaman
|
|
![]() |
Hasil
pengamatan pada hari ke 7
|
Setek
pucuk
|
![]() |
Pengambilan
pucuk
|
|
![]() |
Tanaman
yang telah disetek
|
Setek
daun
|
![]() |
Pengambilan
daun
|
|
![]() |
Tanaman
yang telah disetek
|
Hasil
pengamata yang di caNgkok
Jenis
perlakuan
|
Foto
|
keterangan
|
Rotoon
F
|
![]() |
Penyayatan
batang
|
|
![]() |
Membungkus
tnaman yang dicangkok
|
|
![]() |
Pengamatan
hari ke 14
|
kontrol
|
![]() |
Melakukan
penyayatan
|
|
![]() |
Pemberian
media tanam
|
|
![]() |
Pengamatan
hari ke-14
|
Komentar
Posting Komentar